29.9.14

Diskon Pembersihan Karang Gigi

Miliki gigi sehat, putih dan bebas bau mulut dengan membersihkan karang gigi di Schön dental cukup dengan Rp 250.000,- (harga awal Rp 350.000,-) 


Untuk pembelian voucher klik disini. Buruan sebelum kehabisan. Promo berlaku s/d Desember 2014.

30.11.12

HALITOSIS


Cerita tentang bau mulut merupakan cerita pengalaman hampir semua orang. Sayangnya bau mulut merupakan tema yang sangat tabu dan personal untuk didiskusikan. Bahkan dengan personel medis, seperti dokter maupun dokter gigi, jarang ada orang yang mau mendiskusikan masalah bau mulutnya serta mencari jalan keluar untuk menghilangkan masalah ini. Artikel ini bertujuan untuk memberi informasi mengenai bau mulut dan cara-cara untuk mengatasinya.

 

Di jaman Mesir kuno, waktu bangun pagi disebut sebagai ´jam bau mulut´. Data epidemiologis Jepang menunjukkan 14.5 % dari 33.000 orang Jepang yang berusia di atas 14 tahun mengalami masalah dengan bau mulut. Pada masyarakat Amerika, 43% dari penduduk Amerika Serikat yang berusia di atas 60 tahun mengalami bau mulut. Di Swiss, 32% dari penduduk kota Bern juga mengalami bau mulut. Yang lebih mengejutkan, di Jerman 76% dari dokter gigi yang mengikuti survei mengalami bau mulut.

 

Istilah medis bau mulut adalah Halitosis (Foetor ex ore). Definisi harafiah foetor ex ore merupakan bau yang berasal dari dalam mulut (intra oral). Sedangkan Halitosis menunjukkan bau atipikal yang bermula dari pernafasan yang keluar lewat hidung maupun mulut. Jadi sumber bau dapat berasal dari dalam mulut (intra oral) maupun di luar mulut (extra oral). Jadi istilah yang lebih sering digunakan adalah Halitosis.

 

Di sekitar kita sering ditemukan orang-orang yang sering ´merasa´ mulutnya bau setiap saat. Bahkan setelah diperiksa oleh dokter secara teliti, tidak ditemukan adanya bau mulut dan penyebab dari terjadinya bau mulut. Hal ini disebut sebagai Halitosis semu (pseudo-halitosis). Pada orang.-orang yang mengalami halitosis semu, hanya konsultasi psikologis yang dapat meyakinkan bahwa dirinya tidak mengalami kondisi bau mulut.

 



Bila kita bangun pagi, mulut terasa kering dan pasti terasa bau kurang sedap dari dalam mulut. Hal ini disebut halitosis fisiologis (normal). Penyebabnya adalah berkurangnya aliran ludah dalam mulut, dimana fungsi ludah sebagai cairan pencuci rongga mulut sehingga mulut terasa kering. Selain itu intensitas bau mulut pagi hari tergantung pada makanan apa yang kita konsumsi kemarin dan tingkat stress.

 

Jadi keadaan bau mulut mana yang perlu dianggap serius dan perlu pertolongan dokter atau dokter gigi? Keadaan true halitosis (atau disebut juga halitosis patologis) inilah yang perlu mendapat perhatian khusus. Seperti sudah dijelaskan di atas, penyebab bau mulut bisa berasal dari dalam mulut maupun luar mulut. Tetapi berdasarkan berbagai penelitian, sebagian besar penyebab bau mulut berada di dalam mulut. Jadi dokter gigi adalah dokter yang tepat untuk didatangi untuk mengatasi bau mulut. Hanya 8% dari seluruh kasus yang memerlukan penganganan dokter THT (Telinga, Hidung, Tenggorokan). Penanganan oleh dokter penyakit dalam lebih kecil lagi, hanya 1% dari seluruh kasus bau mulut.

 

Penyebab Bau Mulut

Bau yang keluar dari dalam mulut seringkali berbau seperti gas sulfur. Gas sulfur ini merupakan hasil metabolisme bakteri di dalam mulut. Jadi semakin banyak sisa makanan yang ada di dalam mulut, semakin banyak makanan yang kita sediakan untuk bakteri di dalam mulut yang nantinya memproduksi gas sulfur tersebut. Lokasi yang paling berperan dalam bau mulut adalah lidah. Bentuk lidah yang berlekuk-lekuk dan tidak rata merupakan favorit sembunyinya bakteri dan sayangnya juga tempat yang sangat mudah bagi sisa makanan untuk tersimpan.

 

Penyebab lainnya kebanyakan adalah kesalahan dokter gigi dalam menempatkan tambalan, mahkota tiruan, dan gigi palsu. Tambalan maupun mahkota tiruan yang ´menggantung´dapat menjadi tempat sembunyinya sisa makanan dan bakteri. Gigi palsu memiliki rongga mikro di permukaannya. Bila sudah lama digunakan, dapat terjadi deposit kotoran di dalam rongga-rongga tersebut. Ini juga dapat menimbulkan bau yang tidak sedap.

 

Pada kondisi atau penyakit tertentu, aliran air liur (saliva) dapat berkurang. Peran air liur yang paling penting adalah sebagai pencuci alami dari rongga mulut. Bila aliran air liur berkurang, maka dapat dipastikan kotoran yang terdapat dalam rongga mulut tidak tercuci dengan baik dan bisa menimbulkan bau yang kurang sedap. Keadaan yang dapat mengurangi aliran air liur seperti stress emosional, pemakaian obat-obatan tertentu, atau sindrom Sjögren-Sicca.

 

Jadi dapat disimpulkan bahwa penyebab bau mulut terutama berasal dari dalam mulut. Tetapi ada beberapa keadaan medis yang dapat menjadi penyebab bau mulut, seperti tonsilitis, sinusitis, pharyngitis, rinitis kronis, Lues, diphtherie, bronchitis, pneumonia, gangren paru, esophagitis, hepatopathie, trimethylaminurie, mononukleosis, dan tumor di sekitar hidung dan tenggorokan. Kondisi-kondisi tersebut dapat Anda diskusikan dengan dokter Anda.

 

Penanganan Bau Mulut

 

Penanganan bau mulut dilakukan tergantung dari penyebab utamanya. Pada keadaan halitosis semu atau halitofobia, hanya perlu terapi suportif dimana peran konselor atau psikolog sangat penting. Walaupun kelihatannya mudah, tetapi penanganan halitofobia ini termasuk yang paling sulit.

 

Penyebab paling umum dari halitosis adalah adanya deposit kotoran pada lidah terutama sisi bagian dalam lidah. Perbaikan kebersihan mulut dianggap paling utama dalam mengatasi halitosis. Penggunaan pembersih lidah sangat dianjurkan. Penyikatan lidah kurang efektif karena bulu sikat gigi terlalu lunak dan luas permukaannya kurang besar. Penggunaan pembersih lidah secara teratur setelah menyikat gigi dapat membantu mengurangi bau mulut.

 

Pemakaian obat kumur sangat populer dan dianggap dapat menghilangkan bau mulut secara instant. Banyak dari kita yang menggunakan obat kumur saat akan bertemu klien, ke pesta, bahkan sebelum ke dokter gigi. Perilaku ini menunjukkan adanya ketakutan bahwa bau yang kurang sedap dideteksi oleh orang di sekitar kita. Untungnya penggunaan obat kumur atau bahan kimia lainnya memang dapat membantu mengurangi bau mulut dengan cara netralisasi zat sulfur yang dihasilkan bakteri serta membantu mengurangi jumlah bakteri di dalam mulut karena efek anti bakteri dari obat kumur.

 

Bukan merek dari obat kumur yang perlu diperhatikan, tetapi kandungan di dalamnya. Kandungan chlorhexidin sering dianggap sebagai Gold-Standard antiseptik rongga mulut. Tetapi efek sampingnya dapat berupa pewarnaan gigi, lidah dan meningkatnya jumlah karang gigi bila digunakan secara teratur. Oleh karena itu, penggunaan obat kumur yang mengandung chlorhexidin secara rutin tidak dianjurkan dalam mengatasi bau mulut.

 

Mungkin kita sering mendengar dari iklan di media massa, adanya kandungan triclosan dan zinc dalam pasta gigi. Ternyata triclosan memiliki efek anti bakteri dan mampu mengurangi kadar zat sulfur dalam mulut secara signifikan bila digunakan secara teratur. Zinc juga mampu menetralisir zat sulfur yang diproduksi bakteri.

 

Bila pemakaian pembersih lidah dan obat kumur yang tepat tidak menyelesaikan masalah bau mulut Anda, dapat dipertimbangkan untuk mengunjungi dokter gigi Anda untuk konsultasi lanjutan. Dokter gigi akan memeriksa apakah terdapat karang gigi, tambalan dan mahkota tiruan yang kurang baik, adanya lubang di gigi, adanya sisa akar gigi, dan keadaan gigi tiruan Anda. Dokter gigi juga berperan sebagai dokter yang akan merujuk ke dokter THT maupun internis bila ditemukan penyebab bau mulut yang berasal dari luar mulut.

 

Demikian artikel tentang bau mulut atau halitosis ini. Semoga dapat membantu Anda menentukan pilihan yang tepat dalam mengatasi masalah bau mulut.
 
Untuk pelayanan  profesional untuk mengatasi masalah bau mulut Anda, dapat menghubungi
 
SCHÖN DENTAL
021-54360253

7.9.12

Edutravelling Biodenta - Commed Implant at Taiwan


Welcome at Taipei!! The signboard at Taipei-Taoyuan International Airport greets us, dentists from Indonesia, as we landed in Taiwan. It is time for implant course and a little bit travelling in Taiwan. This time the course is all about one piece implant.

The main lecturer, Dr. Jack Lin, is a well-known implantologist as well as the founder of ComMed implant. The other lecturer was Dr. Wang Chau Hsiang, Professor in school of dentistry, Kaohsiung Medical University. He explains all things about viscoelastic properties of oral mucosa and periodontal ligament. His experiences in Japan and Germany (with Prof. Dr. Körber, Universität zu Kiel) gave us insight about conus crown (Konuskronen) and telescope dentures.
 

 
Dr. Jack Lin presents his case on full mouth reconstruction
 
 
Prof. Sheng Yang Lee from School of Dentistry, Taipei Medical University was also giving lectures about bone grafts. He invented synthetic bone material which named ´Bonagraft´and had been used many times for simple bone augmentation and sinus lifting.
 
After thorough explaination about one piece implant, sinus lifting, bone substitute materials, and telescopic dentures, the course was closed with hands-on in implant insertion, sinus lift and suturing which was guided by Dr. Randy Huang, one of the senior dentists in Yess Dental Clinic owned by Dr. Lin.
 
 
 
Sinus Lift hands-on
 
 
In the last day of the course, Dr. Lin did some implant and sinus lift surgery. The surgery was conducted in his clinic, Yess Dental Clinic. He did some extra-ordinary surgery, ie. 12 implants were inserted within one hour!
 
 
Live Surgery where 12 Implants were inserted in one sitting
 
 
In between the courses, culinary and tourism objects around Taipei were also visited. Some of them were accompanied also by Dr. Lin himself.  Shilin night markets, Jiufen old street, Tamsui village, and Taipei 101 were some of them.
 
Discussion in between lunch




A visit to Hualien

 And at last, the closing of the course with certificates..
 
 
End of the Course
 
 
 Here is the link to website of ComMed dental implant and Biodenta implant
 
For ComMed Implant: www.commed.com.tw
 
 
For Biodenta Implant
 
 
 
 
 
 
 
 

8.11.11

Frenectomy ( Frenuloplasty, Frenotomy, Frenulectomy)

Frenulum is a term of a part of human body that secures or restricts the mobile organ in the body. There are many frenulums in a human body. One of them is frenulum labial which locates inside the upper lip. It is a small fold of tissue that streches to secure the upper lip movements.
The labial frenulum normally attaches above the non-moving gums. But it often attaches to the center of the upper lip and between the upper two front teeth. This can cause a large gap and gum recession by pulling the gums off the bone. A labial frenectomy removes or relocates the labial frenulum. Orthodontic patients often have this procedure done to assist with closing a front tooth gap.
Besides orthodontic usage, patients with denture can benefit from labial frenectomy. When a denture patient's lips move, the frenulum pulls and loosens the denture which can be uncomfortable. This surgery is often done to help dentures fit better.



Intial Situation before frenectomy. The gap between two incisors can not be closed.


Case Presentation

A 14 years old Asian girl has a wide central diastema between her central incisors. The orthodontic treatment has been started a while ago. The gap can not be closed with orthodontic teeth movements because of the ´high´ attachment of the labial frenulum. The frenulum need to be removed and the attachment repositioned at a ´lower position´, ie. inside the upper lip, so that the gap can be closed.


V-Y Frenectomy

After Suture removal. The gap now can be closed with orthodontic teeth movements.

Two weeks after operation


A safe and predictable FRENECTOMY
can be done at Schön Dental..

25.6.11

APEKS RESEKSI


Apeks reseksi (apektomie, amputasi ujung akar gigi) adalah pemotongan ujung (apex) dari sebuah gigi. Tindakan ini merupakan penanganan peradangan, infeksi atau kelainan lainnya di daerah ujung akar gigi (apikal). Contoh kelainan lainnya adalah adanya kista di ujung akar gigi. Sebelum dilakukan apeks reseksi, terlebih dahulu dilakukan perawatan saluran akar (PSA). Lihat postingan sebelumnya tentang Endodontic atau perawatan saluran akar.
Pada tindakan PSA, akses menuju ujung akar diperoleh dari saluran akar melalui mahkota gigi. Berarti dari luar gigi, dapat diperoleh akses menuju ujung akar gigi. Pada apeks reseksi, akses menuju ujung akar gigi dilakukan dari luar, langsung menuju akar gigi, yang berarti melalui tulang yang menutupi akar gigi. Setelah diperoleh akses lewat tulang yang menutupi akar gigi, daerah yang meradang dibersihkan dan ujung akar gigi dipotong kurang lebih 3 mm.

Gambaran Röntgen kista apikal (bulatan hitam di ujung akar geraham pertama)

INDIKASI
Tindakan apeks reseksi diperlukan bila walaupun tindakan perawatan saluran akar normal dan sempurna telah dilakukan, tetap terjadi peradangan, komplikasi, atau kelainan pada ujung akar gigi. Kelainan tersebut dapat berupa banyak hal. Secara umum, indikasi dilakukannya tindakan apeks reseksi adalah sebagai berikut:
·         Peradangan ujung akar gigi disertai dengan resorbsi (pengurangan ukuran ujung akar gigi). Hal ini hanya dapat dilihat pada foto röntgen gigi.
·         Prognosa penyembuhan setelah perawatan saluran akar tidak baik.
·         Setelah perawatan saluran akar konservatif, tidak terjadi perbaikan pada ujung akar karena:
o        Kelainan pada ujung akar terlalu luas dan besar.
o        Kista radikular (yang lokasinya di ujung akar gigi)
o        Kelainan anatomis (contoh: akar bengkok secara ekstrem dan tidak dapat diakses secara endodontik, percabangan saluran akar yang sangat banyak, saluran akar buntu, dan lain-lain)
·         Patahnya instrumen untuk perawatan saluran akar di dalam saluran akar.
·         Fraktur (patahnya) ujung akar di 1/3 ujung akar sehingga sulit mendapatkan pengisian saluran akar yang sempurna.

Resorpsi pada akar gigi geraham


Setelah tindakan apeks reseksi, ujung akar gigi memendek dengan pengisian dari ujung akar gigi

RESIKO OPERASI
Tindakan apeks reseksi biasanya tidak begitu banyak resiko. Resiko yang dapat terjadi karena posisi ujung akar (resiko anatomis). Secara umum, resiko apeks reseksi sama dengan tindakan operatif lainnya di dalam mulut, seperti tindakan pencabutan gigi dan pemasangan implant. Beberapa resiko adalah sebagai berikut:
·         Luka pada saraf dapat menyebabkan bibir terasa tebal.
·         Perdarahan, yang dapat diatasi dengan segera dengan berbagai metode.
·         Terbukanya rongga sinus bila operasi dilakukan pada gigi belakang rahang atas. Tetapi berbagai tindakan operasi dapat segera dilakukan bila komplikasi ini terjadi.
·         Terlukanya gigi sebelah dari gigi yang dioperasi.
·         Goyangnya gigi dan akhirnya diperlukan pencabutan (kehilangan gigi).
·         Kurangnya kekuatan gigi karena sudah dilakukan pemendekan dari panjang gigi (tidak dapat digunakan sebagai gigi penyangga bila dilakukan pembuatan gigi tiruan jembatan).



Gambaran Skematis apeks reseksi. Kiri : keadaan awal, terdapat kelainan di ujung akar gigi. Kanan: setelah operasi.


ALTERNATIF
Tindakan apeks reseksi merupakan tindakan terakhir yang dapat dipilih untuk mempertahankan gigi (untuk menghindari pencabutan gigi). Bila memungkinkan, perawatan saluran akar ulang dilakukan terlebih dahulu sebelum diputuskan untuk melakukan operasi apeks reseksi.