Cerita tentang bau mulut merupakan cerita
pengalaman hampir semua orang. Sayangnya bau mulut merupakan tema yang sangat
tabu dan personal untuk didiskusikan. Bahkan dengan personel medis, seperti
dokter maupun dokter gigi, jarang ada orang yang mau mendiskusikan masalah bau
mulutnya serta mencari jalan keluar untuk menghilangkan masalah ini. Artikel
ini bertujuan untuk memberi informasi mengenai bau mulut dan cara-cara untuk
mengatasinya.
Di jaman Mesir kuno, waktu bangun pagi
disebut sebagai ´jam bau mulut´. Data epidemiologis Jepang menunjukkan 14.5 %
dari 33.000 orang Jepang yang berusia di atas 14 tahun mengalami masalah dengan
bau mulut. Pada masyarakat
Amerika, 43% dari penduduk Amerika Serikat yang berusia di atas 60 tahun
mengalami bau mulut. Di Swiss, 32% dari penduduk kota Bern juga mengalami bau
mulut. Yang lebih mengejutkan, di Jerman 76% dari dokter gigi yang mengikuti
survei mengalami bau mulut.
Istilah medis bau mulut adalah Halitosis
(Foetor ex ore). Definisi harafiah foetor ex ore merupakan bau yang berasal
dari dalam mulut (intra oral). Sedangkan Halitosis menunjukkan bau atipikal
yang bermula dari pernafasan yang keluar lewat hidung maupun mulut. Jadi sumber
bau dapat berasal dari dalam mulut (intra oral) maupun di luar mulut (extra oral).
Jadi istilah yang lebih sering digunakan adalah Halitosis.
Di sekitar kita sering ditemukan
orang-orang yang sering ´merasa´ mulutnya bau setiap saat. Bahkan setelah
diperiksa oleh dokter secara teliti, tidak ditemukan adanya bau mulut dan
penyebab dari terjadinya bau mulut. Hal ini disebut sebagai Halitosis
semu (pseudo-halitosis). Pada orang.-orang yang mengalami halitosis semu, hanya
konsultasi psikologis yang dapat meyakinkan bahwa dirinya tidak mengalami
kondisi bau mulut.
Bila
kita bangun pagi, mulut terasa kering dan pasti terasa bau kurang sedap dari
dalam mulut. Hal ini disebut halitosis fisiologis (normal). Penyebabnya adalah
berkurangnya aliran ludah dalam mulut, dimana fungsi ludah sebagai cairan
pencuci rongga mulut sehingga mulut terasa kering. Selain itu intensitas bau
mulut pagi hari tergantung pada makanan apa yang kita konsumsi kemarin dan
tingkat stress.
Jadi
keadaan bau mulut mana yang perlu dianggap serius dan perlu pertolongan dokter
atau dokter gigi? Keadaan true halitosis (atau disebut juga halitosis
patologis) inilah yang perlu mendapat perhatian khusus. Seperti sudah
dijelaskan di atas, penyebab bau mulut bisa berasal dari dalam mulut maupun
luar mulut. Tetapi berdasarkan berbagai penelitian, sebagian besar penyebab bau
mulut berada di dalam mulut. Jadi dokter gigi adalah dokter yang tepat untuk
didatangi untuk mengatasi bau mulut. Hanya 8% dari seluruh kasus yang memerlukan penganganan dokter THT
(Telinga, Hidung, Tenggorokan). Penanganan oleh dokter penyakit dalam lebih
kecil lagi, hanya 1% dari seluruh kasus bau mulut.
Penyebab Bau Mulut
Bau yang keluar dari dalam mulut
seringkali berbau seperti gas sulfur. Gas sulfur ini merupakan hasil
metabolisme bakteri di dalam mulut. Jadi semakin banyak sisa makanan yang ada
di dalam mulut, semakin banyak makanan yang kita sediakan untuk bakteri di
dalam mulut yang nantinya memproduksi gas sulfur tersebut. Lokasi yang paling
berperan dalam bau mulut adalah lidah. Bentuk lidah yang berlekuk-lekuk dan
tidak rata merupakan favorit sembunyinya bakteri dan sayangnya juga tempat yang
sangat mudah bagi sisa makanan untuk tersimpan.
Penyebab lainnya kebanyakan adalah
kesalahan dokter gigi dalam menempatkan tambalan, mahkota tiruan, dan gigi
palsu. Tambalan maupun mahkota tiruan yang ´menggantung´dapat menjadi tempat
sembunyinya sisa makanan dan bakteri. Gigi palsu memiliki rongga mikro di
permukaannya. Bila sudah lama digunakan, dapat terjadi deposit kotoran di dalam
rongga-rongga tersebut. Ini juga dapat menimbulkan bau yang tidak sedap.
Pada kondisi atau penyakit tertentu,
aliran air liur (saliva) dapat berkurang. Peran air liur yang paling penting
adalah sebagai pencuci alami dari rongga mulut. Bila aliran air liur berkurang,
maka dapat dipastikan kotoran yang terdapat dalam rongga mulut tidak tercuci
dengan baik dan bisa menimbulkan bau yang kurang sedap. Keadaan yang dapat
mengurangi aliran air liur seperti stress emosional, pemakaian obat-obatan
tertentu, atau sindrom Sjögren-Sicca.
Jadi dapat disimpulkan bahwa penyebab bau
mulut terutama berasal dari dalam mulut. Tetapi ada beberapa keadaan medis yang
dapat menjadi penyebab bau mulut, seperti tonsilitis, sinusitis, pharyngitis,
rinitis kronis, Lues, diphtherie, bronchitis, pneumonia, gangren paru,
esophagitis, hepatopathie, trimethylaminurie, mononukleosis, dan tumor di
sekitar hidung dan tenggorokan. Kondisi-kondisi tersebut dapat Anda diskusikan
dengan dokter Anda.
Penanganan Bau Mulut
Penanganan bau mulut dilakukan tergantung
dari penyebab utamanya. Pada keadaan halitosis semu atau halitofobia, hanya
perlu terapi suportif dimana peran konselor atau psikolog sangat penting.
Walaupun kelihatannya mudah, tetapi penanganan halitofobia ini termasuk yang
paling sulit.
Penyebab paling umum dari halitosis adalah
adanya deposit kotoran pada lidah terutama sisi bagian dalam lidah. Perbaikan
kebersihan mulut dianggap paling utama dalam mengatasi halitosis. Penggunaan
pembersih lidah sangat dianjurkan. Penyikatan lidah kurang efektif karena bulu
sikat gigi terlalu lunak dan luas permukaannya kurang besar. Penggunaan
pembersih lidah secara teratur setelah menyikat gigi dapat membantu mengurangi
bau mulut.
Pemakaian obat kumur sangat populer dan
dianggap dapat menghilangkan bau mulut secara instant. Banyak dari kita yang
menggunakan obat kumur saat akan bertemu klien, ke pesta, bahkan sebelum ke
dokter gigi. Perilaku ini menunjukkan adanya ketakutan bahwa bau yang kurang
sedap dideteksi oleh orang di sekitar kita. Untungnya penggunaan obat kumur
atau bahan kimia lainnya memang dapat membantu mengurangi bau mulut dengan cara
netralisasi zat sulfur yang dihasilkan bakteri serta membantu mengurangi jumlah
bakteri di dalam mulut karena efek anti bakteri dari obat kumur.
Bukan merek dari obat kumur yang perlu
diperhatikan, tetapi kandungan di dalamnya. Kandungan chlorhexidin sering
dianggap sebagai Gold-Standard antiseptik rongga mulut. Tetapi efek sampingnya
dapat berupa pewarnaan gigi, lidah dan meningkatnya jumlah karang gigi bila
digunakan secara teratur. Oleh karena itu, penggunaan obat kumur yang mengandung
chlorhexidin secara rutin tidak dianjurkan dalam mengatasi bau mulut.
Mungkin kita sering mendengar dari iklan
di media massa, adanya kandungan triclosan dan zinc dalam pasta gigi. Ternyata
triclosan memiliki efek anti bakteri dan mampu mengurangi kadar zat sulfur
dalam mulut secara signifikan bila digunakan secara teratur. Zinc juga mampu
menetralisir zat sulfur yang diproduksi bakteri.
Bila pemakaian pembersih lidah dan obat
kumur yang tepat tidak menyelesaikan masalah bau mulut Anda, dapat dipertimbangkan
untuk mengunjungi dokter gigi Anda untuk konsultasi lanjutan. Dokter gigi akan
memeriksa apakah terdapat karang gigi, tambalan dan mahkota tiruan yang kurang
baik, adanya lubang di gigi, adanya sisa akar gigi, dan keadaan gigi tiruan
Anda. Dokter gigi juga berperan sebagai dokter yang akan merujuk ke dokter THT
maupun internis bila ditemukan penyebab bau mulut yang berasal dari luar mulut.
Demikian artikel tentang bau mulut atau
halitosis ini. Semoga dapat membantu Anda menentukan pilihan yang tepat dalam
mengatasi masalah bau mulut.
Untuk pelayanan profesional untuk mengatasi masalah bau mulut Anda, dapat menghubungi
SCHÖN DENTAL
021-54360253
Keine Kommentare:
Kommentar veröffentlichen